Minggu, 24 April 2016

Macam - Macam Majas Perbandingan



  MAJAS PERBANDINGAN

1.      Alegori
Alegori adalah menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh:
*      Hidup itu seperti roda, kadang-kadang di atas kadang di bawah.
*      Dalam mengarungi bahtera rumah tangga itu tidak mudah, karena banyak badai yang akan menerjang, jadi kamu harus siap menghadapinya.

2.      Alusio
Alusio adalah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena selain ungkapan itu sudah dikenal juga pembicara atau penulis ingin menyampaikan maksud secara tersembunyi
Contoh:
*      Ah kau ini, seperti kura-kura dalam perahu. (lengkapnya, seperti kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu).
*      Kalau ada sumur di ladang, bolehkah saya menumpang mandi?

3.      Simile
Simile adalah pengungkapan dengan menggunakan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung seperti layaknya, bagaikan, seperti, bagai, laksana.
Contoh:
*      Kedua orang itu tidak pernah akur, selalu bertengkar, seperti anjing dengan kucing saja.
*      Wajah wanita itu bagaikan bulan kesiangan.
*      Pasangan suami-istri itu laksana garam dengan asam, sangat serasi.

4.      Metafora
Metafora adalah pengungkapan berupa perbandingan analogis satu hal dengan hal lain, dengan menghilangkan kata-kata seperti, layaknya, bagaikan, dsb.
Contoh :
*      Jenderal Ahmad Yani gugur sebagai bunga bangsa
*      TV itu sudah harga mati, jadi tidak dapat ditawar lagi.
*      Pemuda itu menjadi tulang punggung keluarganya.

5.      Antropomorfisme
Antropomorfisme adalah bentuk metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh:
*      Setelah sampai di kaki gunung, mereka beristirahat sejenak untuk melepas lelah.
*      Hatinya ragu-ragu untuk melanjutkan perjalanan ketika sampai di mulut goa.
*      Mata pisau itu terlihat sangat tajam.

6.      Sinestesia
Sinestesia adalah bentuk metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan kepada indra yang lain.
Contoh:
*      Kata-katanya sangat pedas telinga.
*      Betapa sedap memandang gadis cantik yang selesai berdandan.
*      Keacantikan gadis desa itu telah menyilaukan hatinya.

7.      Antonomasia
Antonomasia adalah penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri sebagai nama jenis.
Contoh:
*      Terima kasih telah melawannya, Suster.
*      Presiden akan bertolak ke Jepang unuk menghadiri pertemuan para kepala negara.
*      Beo itu dengan lantangnya menirukan apa yang diucapkan Kakak.
*      “Malam sangat dingin, Pangeran. Mau melancong ke mana?”
*       
8.      Aptronim
Aptronim adalah pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
Contoh:
*      Karena sehari-hari ia bekerja sebagai kusir gerobak, ia dipanggil karto gerobak.
*      Tentu Karto gerobak tidak ada sangkut pautnya dengan si Gendut, anak Tarsih tetangga sebelah.

9.      Metonimia
Metonimia adalah bentuk penggunaan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merk, ciri khas, atau atribut.

Contoh:
*      Saat itu aku mulai melayang karena dua butir blue diamond yang sekaligus kutenggak....(Rendezvous, Agus Noor).
*      Maya memang menyukai bossanova. Dan ia pun bercerita, betapa dia selalu memimpikan hidupnya mengalir seperti sebuah bossanova. Tak perlu banyak kejutan sperti jazz. (Rendezvous, Agus Noor).
*      Kemanapun ia pergi, ia tidak pernah lepas dari Chairil Anwar. (Chairil Anwar adalah nama penyair pembaharu Angkatan 1945).

10.  Hipokorisme
Hipokorisme adalah penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib antara pembicara dengan yang dibicarakan.
Contoh:
*      Bawuk atau tole adalah sebutan karib untuk anak perempuan dan laki-laki.
*      Lama Otok hanya memandangi ikatan bunga biji mata itu, yang membuat Otok kian terkesima. (Rendezvous, Agus Noor).

11.  Litotes
Litotes adalah ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan untuk merendahkan diri.
Contoh:
*      Tanpa bantuan anda sekalian, pekerjaan Saya ini tidak mungkin akan selesai.
*      Mampirlah ke rumah saya yang tak berapa luas.
*      Aku hanya bisa memberikan bantuan ala kadarnya dan tidak seberapa. Silakan diterima dengan senang hati.

12.  Hiperbola
Hiperbola adalah cara pengungkapan dengan melebih-lebihkan kenyataaan sehingga kenyataan itu menjadi tidak masuk akal.
Contoh:
*      Hatiku hancur  mengenang dikau, berkeping-keping jadinya.
*      Ombak setinggi gunung menghantam rumah-rumah dan menghanyutkan ribuan manusia. Dan orang-orang Aceh kehabisan air mata karena sedih oleh musibah tsunami itu.
*      Air matanya terkuras habis karena terharu membayangkan nasib Sitti Nurbaya.

13.  Personifikasi
Personifikasi adalah cara pengungkapan dengan menjadikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
Contoh:
*      Angin mendesah, mengeluh dan mendesah.
*      Lampu-lampu penduduk di pinggir jalan berlarian ke belakang.
*      Tetapi Dukuh Paruk tetaplah Dukuh Paruk. Dia sudah berpengalaman dengan kegetiran kehidupan, dengan kondisi hidup yang paling bersahaja.

14.  Depersonifikasi
Depersonifikasi adalah cara pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
Contoh:
*      Jika aku bunga, engkau kumbangnya.
*      Engkaulah bulanku, pelita malamku.

15.  Pars Pro Toto
Pars pro toto adalah sinekdoke berupa mengungkapkan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek tersebut.
Contoh:
*      Tatapan matanya telah meluluhkan hatiku
*      Sendok dan garpu telah tersedia, silakan dinikmati (yang tersedia adalah makanan, sendok, garpu, dll.)

16.  Totum pro tarte
Totum pro tarte adalah sinekdoke berupa mengungkapkan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanyalah sebagian saja.
Contoh:
*      Amerika Serikat menuduh Iran campur tangan soal Irak.
*      Tak kusangka, Indonesia dapat menyabet gelar The Absolute Winner dalam olimpiade fisika tahun 2006.
*      Bangsa kita kehilangan kemandirian

17.  Eufemisme
Eufemisme adalah menggantikan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih halus atau dianggap lebih pantas.
Contoh:
*      Maaf Pak, saya minta izin ke belakang. (membuang air kecil atau besar dirasa kurang sopan dibandingkan ke belakang.)
*      Kata pelacur atau perempuan jalang dianggap kurang pantas dibandingkan (wanita) tuna susila.
*      Kaum tuna wisma makin bertambah saja dikotaku.

18.  Disfemisme
Disfemisme adalah mengungkapkan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
Contoh:
*      Ibunya seorang pelacur.
*      Bolehkah saya meminta izin untuk kencing sebentar?
19.  Fabel
Fabel adalah menyatakan perilaku hewan sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh:
*      Kancil diam sejenak. Kebun mentimun siapakah gerangan ini?
*      Mengetahui bahwa Kancil telah menipunya, geramlah hati harimau

20.  Parabel
Parabel adalah ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Misalnya cerita-cerita fabel menyatakan nilai dan pelajaran hidup yang dapat diketahui melalui membaca atau mendengarkan cerita secara keseluruhan.

21.  Perifrase
Perifrase adalah ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
Contoh:
*      Kemanapun ia pergi, besi tua bermerek Yamaha produksi tahun 1970  selalu menemaninya.
*      Aku lebih nyaman naik gerobak panjang yang berjalan di atas rel.

22.  Eponym
Eponym adalah majas perbandingan dengan menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
Contoh:


*      Gelora Bung Karno
*      Rezim Suharto
*      Lapangan Trikora
*      Gunung Sukarnapura



23.  Simbolik
Simbolik adalah melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan suatu maksud.
Contoh:
*      Lelaki itu memang buaya darat.
*      Katakanlah cinta dengan bunga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar